Pages

Minggu, 21 Juni 2015

Sejarah dan Inflasi Negara Yugoslavia



Nama  : Ahmad Ferdiansyah
NPM    : 20211426
Kelas  : 4EB21

A. Sejarah Yugoslavia
             Yugoslavia (berarti “Slavia Selatan”) merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa, dari tahun 1918 sampai tahun 2003. Dalam perjalanannya, negara ini pernah berbentuk kerajaan dan republik. Negara ini beribukota di Beograd.
1918 : Setelah dibubarkannya Kekaisaran Austria-Hongaria setelah Perang Dunia I maka “Kerajaan Bangsa Serbia, Kroasia, dan Slovenia” didirikan dengan Peter I dari Serbia sebagai raja. Bibit untuk konflik di masa datang sudah ditaburkan mulai saat ini. Serbia menginginkan sebuah negara kesatuan padahal Kroasia menginginkan sebuah federasi. Pada tahun 1928, Kroasia mencoba melepaskan diri setelah seorang anggota parlemen dari Kroasia dibunuh. Raja Alexander, sejak 1921, berreaksi keras dengan membubarkan parlemen dan mencanangkan diktatorialisme.
1929 : Nama negara diubah menjadi Kerajaan Yugoslavia. Raja Yugoslavia, Alexander, dibunuh di Paris, Prancis, oleh kelompok nasionalis ekstrim Makedonia-Kroasia.
1939 : Kroasia mendapatkan lebih banyak otonomi.
1941-1945 : Wali Raja Yugoslavia, Pangeran Paul, terpaksa menandatangani persetujuan kerja sama dengan Poros Jerman-Italia-Jepang. Akan tetapi para perwira Serbia yang anti-Jerman berontak dan menggulingkan pemerintahannya. Hitler marah dan menyerang Yugoslavia. Negara Balkan tersebut jatuh dengan cepat, terutama karena etnis-etnik non Serbia banyak yang bergabung dengan para penyerbu.
Setelah menaklukkan negeri itu, Hitler memecah-belah negeri tersebut di bawah pendudukan Poros dan rezim boneka lokal. Atas perintah Hitler, bekas propinsi Kroasia, Bosnia, dan Hercegovina digabungkan ke dalam negara boneka Kroasia sementara wilayah sebagian besar Kosovo, Montenegro Selatan dan Makedonia Barat digabungkan ke dalam Negara Albania Raya. Penduduk Yugoslavia kemudian bangkit melawan pasukan pendudukan dan bergabung dengan dua kekuatan gerilya utama: kaum Chetnik yang didominasi orang Serbia pendukung raja dan kaum Partisan pimpinan Tito yang komunis. Yugoslavia pada masa ini menjadi medan pertempuran berdarah, di mana penduduknya bukan hanya memerangi pasukan pendudukan Poros namun juga saling membantai antara sesama warga–suatu preseden bagi perang antaretnis tahun 1990-an. Di Negara Kroasia Merdeka, kaum nasionalis ekstrim Kroasia bekerja sama dengan kaum Muslim Bosnia berusaha membersihkan negara boneka tersebut dari orang-orang Serbia, Yahudi dan Jipsi. Antara tahun 1941-45, kaum Ustasa-Muslim telah membantai 750.000 orang Serbia, 60.000 Yahudi dan 25.000 Jipsi. Pembersihan etnis juga terjadi di Negara Albania Raya, di mana kaum militan Albania mengusir dan membunuh puluhan ribu orang Serbia dan orang Slavia Ortodoks lainnya, terutama di Kosovo dan Makedonia Barat, dan menggantikannya dengan para pendatang Albania dari wilayah Albania. Tragedi ini membuat trauma yang mendalam terhadap bangsa Serbia.
1943 : Federal Demokratik Yugoslavia diproklamasikan oleh para partizan komunis. Negosiasi dengan pemerintahan Kerajaan Yugoslavia dalam pengasingan terus dilakukan, sementara wilayah Kerajaan Yugoslavia masih diduki oleh sekutu.
1944 : Para partizan komunis dipimpin oleh Tito membebaskan Beograd pada bulan Oktober dengan bantuan tentara Uni Soviet.
1945 : Nazi Jerman menyerah, para partizan mengambil alih kekuasaan di seluruh bagian negara. Pada tanggal 29 November, Raja Petar II dimakzulkan oleh Majelis Konstituante Komunis Yugoslavia saat masih dalam pengasingan. Pada tanggal 2 Desember, pemerintah komunis menyatakan keseluruhan wilayah ini sebagai bagian Federal Demokratik Yugoslavia.
1946 : Pada tanggal 31 Januari, Federal Demokratik Yugoslavia berganti nama menjadi Republik Rakyat Federal Yugoslavia. Negara ini terdiri dari: Serbia, Kroasia, Slovenia, Bosnia-Herzegovina, Montenegro dan Republik Makedonia serta dua daerah otonom yang menjadi bagian Serbia: Kosovo dan Vojvodina.
1948 : Melepaskan diri dari pengaruh Uni Soviet. Yugoslavia ingin berjalan sendiri dalam melaksanakan paham komunisme.
1961 : Kekuatan vokal dalam pembentukan KTT Negara Non Blok.
1963 : Pada tanggal 7 April, Republik Rakyat Federal Yugoslavia berganti nama menjadi Republik Federal Sosialis Yugoslavia dan Tito diangkat menjadi presiden seumur hidup.
1980 : Tito meninggal, perbedaan antaretnis mulai nampak, terutama ketika pada akhir tahun 1980an terjadi krisis ekonomi. Diskriminasi terhadap penduduk Serbia dan non Albania lainnya di Kosovo menyebabkan ribuan orang mengungsi dari propinsi tersebut. Hal tersebut membuka kembali luka lama orang Serbia dan mendorong terpilihnya Slobodan Milosevic yang mengajukan program-program nasionalis Serbia sebagai presiden Serbia: status otonom Kosovo dan Vojvodina ditiadakan. Nasionalisme berdasarkan etnisitas menjadi marak.
1990 : April pemilu di negara-negara bagian. Di Slovenia dan Kroasia, daerah terkaya, partai pro kemerdekaan menang. Di Serbia dan Montenegro, partai komunis menang.
1991 : Pada tanggal 25 Juni, Slovenia dan Kroasia memproklamasikan kemerdekaan. Tentara Federal (terutama beranggotakan orang Serbia) mengintervensi. Akan tetapi perang di Slovenia hanya berlangsung 7 hari karena penduduk di sana nyaris homogen sehingga tidak ada kepentingan warga Serbia yang terancam. Dibandingkan dengan Slovenia yang memiliki penduduk homogen, perang di Kroasia berlangsung sengit dan lama serta kejam karena ingatan sejarah Perang Dunia II maupun besarnya komunitas Serbia di wilayah tersebut. Ketika Republik Makedonia, negara bagian termiskin, memerdekakan diri pada tanggal 8 September, Tentara Federal diam saja.
1992 : Penduduk Muslim dan Kroasia di Bosnia-Herzegovina memilih untuk merdeka dan mendeklarasikan negara Bosnia-Herzegovina. Penduduk Serbia Bosnia menolak hasil tersebut dan berusaha membentuk negara terpisah dengan bantuan Tentara Federal, yaitu Republik Serbia Bosnia dan Herzegovina yang kemudian menjadi Republik Srpska. Sekali lagi, perang di Bosnia-Herzegovina berlangsung sengit dan kejam karena alasan trauma sejarah. Dari enam negara bagian hanya Serbia dan Montenegro yang tertinggal, yang kemudian membentuk Republik Federal Yugoslavia pada tanggal 28 April 1992.
1995 : Perjanjian Dayton mengakhiri perang di Bosnia-Herzegovina.
1999: Pecah pemberontakan orang Albania di Kosovo. Upaya memadamkan pemberontakan tersebut oleh Serbia menyebabkan banjirnya kaum pengungsi Albania ke wilayah tetangga. NATO tanpa mandat PBB menyerang Serbia. Milosevic menyerah dan Kosovo diberikan di bawah pengawasan internasional. Giliran penduduk Serbia yang dibersihkan secara etnis oleh KLA. Kelompok gerilyawan Albania ini juga menghancurkan banyak peninggalan budaya Serbia di Kosovo sebagai jalan menghapuskan jejak orang Serbia di sana. Tujuan utama KLA sendiri adalah menggabungkan Kosovo dan berbagai wilayah Balkan lainnya yang dihuni orang Albania ke dalam suatu Negara Albania Raya, seperti yang terjadi pada masa Perang Dunia II. Pemberontakan orang Albania meluas ke Makedonia, yang sebelumnya dengan tangan terbuka menerima pengungsi Albania dari Kosovo.
2000: Pada bulan Oktober, Milosevic mundur setelah Vojislav Kostunica menang pemilu. Milosevic pada bulan Juni 2001 diserahkan kepada Pengadilan Internasional untuk Bekas Yugoslavia.
2002: Pada bula Maret, pemerintah Serbia dan Montenegro sepakat untuk membuat uni yang lebih bebas.
2003: Pada tanggal 4 Februari, Republik Federal Yugoslavia dibentuk ulang sehingga menjadi Uni Negara Serbia dan Montenegro. Dengan ini, berakhirlah perjalanan panjang negara Yugoslavia.
Negara-negara pecahan Yugoslavia:
1. Slovenia
2. Kroasia
3. Bosnia-Herzegovina
4. Serbia
4a. provinsi Vojvodina
4b. Kosovo
5. Montonegro
6. Macedonia

B. Perekonomian Yugoslavia
            Serangkaian babak hiperinflasi terparah di dunia muncul di beberapa negara sepanjang sejarah. Bahkan beberapa negara maju dengan perekonomian terbesar saat ini seperti China, Jerman, dan Prancis juga pernah diterjang hiperinflasi parah.
Salah satu kasus hiperinflasi terparah di dunia pernah menimpa Yugoslavia. Tak tanggung-tanggung, tingkat inflasi hariannya mencapai 65 persen.
Harga-harga barang naik dua kali lipat setiap 34 jam sekali. Jatuhnya kepemimpinan Uni Soviet juga mengurangi peran Yugoslavia di kancah internasional, yang sebelumnya menjadi pemain kunci geopolitik di wilayah Barat dan Timur.
Perang Yugoslavia di Bosnia dan Herzegovina yang multi-etnis meninggalkan jejak berupa krisis politik dan ekonomi yang berkepanjangan. Salah satu dampaknya adalah kasus hiperinflasi terparah sepanjang sejarah.
Jatuhnya Uni Soviet menyebabkan peran internasional Yugoslavia menurun sebagai pemain kunci yang menghubungkan kawasan Timur dan Barat. Partai Komunis yang berkuasa di Yugoslavia juga akhirnya berada di bawah tekanan.
Kondisi ini menyebabkan pecahnya Yugoslavia menjadi beberapa negara di sepanjang garis etnis. Selain itu, perang juga terjadi selama bertahun-tahun melibatkan berbagai entitas politik.
Dalam proses perpecahan tersebut, perdagangan antar wilayah bekas Yugoslavia ambruk disusul dengan penurunan drastis di sektor industri. Di saat yang sama, embargo internasional juga menerpa ekspor Yugoslavia, yang membuat sektor ekspornya berantakan.
Republik Federal yang baru terbentuk dari Yugoslavia, berbeda dengan negara-negDemi mengatasi defisit anggaran di Yugoslavia, pemerintah terus mencetak uang demi mendanai kasuinflasi yang telah mencapai 25 persen per tahun. Itu membuat pemerintah terus bergantung pada pencetakan uang demi mendanai operasi finansial negara.
Pencetakan uang yang tak terkendali akhirnya menyebabkan hiperinflasi. Demi mengatasi hiperinflasi yang kian parah pemerintah lantas membuat jaringan toko dengan barang berharga murah.
Sayangnya, barang yang menjadi keperluan masyarakat sulit ditemukan di sana. Bahkan sejumlah stasiun pengisian bahan bakar milik pemerintah ditutup dan hanya tersedia di beberapa titik tertentu
Saking mahalnya harga bahan bakar saat itu, banyak pemilik mobil yang memutuskan untuk menggunakan transportasi umum. Tapi 1.200 bus umum yang biasanya beroperasi hanya tersisa 500 unit.
Bus yang ada tidak bisa memenuhi kapasitas penumpang yang tersedia. Tak hanya kendaraan pribadi, truk pengiriman, ambulan, mobil pemadam kebakaran dan mobil pemungut sampah juga tidak mendapatkan bahan bakar.
Pemerintah mengumumkan bensin hanya dijual ke para petani di musim tanam dan panen. Meski pemerintah sudah memutuskan untuk berhenti mencetak uang, tapi pihaknya masih kesulitan dana untuk membiayai operasi infrastruktur.
Banyak perusahaan tutup dan menyebabkan tingkat pengangguran meningkat 30 persen.ara lain yang memisahkan diri seperti Serbia dan Kroasia, mempertahankan banyak dari birokrasi kembung yang ada sebelum perpecahan, berkontribusi terhadap defisit federal. Dalam upaya untuk menguangkan ini dan defisit lain, bank sentral kehilangan kendali atas penciptaan uang dan menyebabkan hiperinflasi.
Republik Federal Yugoslavia yang kemudian dibentuk mempertahankan birokrasi kembung yang sudah berantakan sebelum perpecahan terjadi. Kondisi itu memicu defisit federal.
Dalam upaya mengurangi defisit yang terjadi, bank sentral Yugoslavia justru hilang kendali dalam percetakan uang dan menyebabkan hiperinflasi.
Antara 1 Oktober 1993 hingga 24 Januari 1995, harga- harga naik hingga 5 quadrilion persen. Artinya, 5 dengan 15 nol di belakangnya.
Struktur sosial mulai ambruk. Para perampok mencuri di rumah sakit dan klinik, di tempat umum manapun. Para pekerja di kereta api juga menggelar aksi mogok dan enggan bekerja.
Para pensiun juga telantar karena tidak mendapatkan dana pensiun meski uang berlimpah. Para pekerja mogok lantaran gaji yang diterima tidak sepadan dengan kebutuhan hidup yang meningkat drastis.
Pemerintah tetap mengunci sebagian besar dana tunai yang dicetaknya untuk tidak berkeliaran bebas di kalangan masyarakat. Sayangnya, hal itu justru menyebabkan masyarakat kesulitan membeli barang.
Pasar gratis yang disediakan pemerintah juga tidak cukup membantu karena masyarakat tetap tak bisa menemukan barang yang dibutuhkannya. Alhasil, harga terus melambung tinggi selama hampir empat tahun.

Sumber :


Minggu, 07 Juni 2015

Sejarah Mobil Proton



PROTON adalah singkatan dari Perusahaan Otomobil Nasional Sdn. Bhd. Proton adalah produsen mobil dari negeri jiran Malaysia yang didirikan pada tahun 1983 atas inisiatif dari sang Perdana Menteri Malaysia saat itu, Mahathir Mohammad. Sejak didirikan Proton telah menjelma menjadi sebuah perusahaan produsen mobil yang pertama di Malaysia. Pada awal berdirinya Proton masih menggunakan teknologi dari perusahaan Otomotif asal Jepang, Mitsubishi, namun kini seiring dengan berjalannya waktu, kini Proton telah berhasil mengembangkan Mobil Proton memakai teknologinya sendiri.

Model pertama yang diluncurkan oleh Proton secara komersial adalah Proton Saga pada tanggal 9 Juli 1985. Pasar pertama Proton Saga adalah Negara Singapura. Setahun setelah model pertama diluncurkan, Pada tahun 1986, Proton telah berhasil meluncurkan 10.000 buah mobil. Tahun berikutnya lebih dari 50.000 unit Proton Saga telah diproduksi dan dijual di Bangladesh, Brunei, Selandia Baru, Malta, Sri Lanka dan Inggris. Pada 1988, Proton memulai debutnya di British International Motorshow, yang berlangsung dengan sukses dengan berhasil meraih tiga penghargaan bergengsi untuk kualitas, coachwork dan ergonomi. Pada tahun 1996, Proton mencapai produksinya yang ke 1.000.000 dan mengakuisisi saham mayoritas dari Grup Lotus. Proton memasuki fase baru, berubah dari perusahan yang terkait dengan pemerintah menjadi perusahaan publik menyusul pengambilalihan oleh DRB-HICOM Berhad pada tahun 2012

Sejarah Proton di Indonesia
Sedangkan di Indonesia Mobil Proton Indonesia Terbaik diproduksi oleh PT. PROTON Edar Indonesia (PEI) yang telah beroperasi sejak Tahun 2007. Seri Mobil Proton yang dipasarkan di wilayah Indonesia, antara lain Savvy, GEN.2 Persona, Gen 2, Wira, Neo, Waja, Saga, Exora, Neo CPS, Saga FL, Persona Elegance, dan Exora Star, Exora Star Supreme, Exora Star Executive, Exora Bold, Exora Prime & Exora Star FL, Prevé Neo R3, dan Suprima S.

Pada bulan Juni 2014 Proton telah memiliki 16 outlet penjualan resmi mobil Proton dan 26 outlet pelayanan di berbagai wilayah Indonesia. Dengan terpilihnya Pak Joko Widodo sebagai Presiden Indonesia yang Ketujuh maka Datuk Seri Najib Tun Razak (Perdana menteri Malaysia) langsung mengadakan pertemuan dengan Pak Jokowi sapaan Presiden Indonesia Pak Joko Widodo dalam pertemuan tersebut telah dikaji rencana RI dan Malaysia mengerjakan proyel produksi Mobil bersama. Malaysia akan melibatkan dan mengandalkan teknologi Proton, sedangkan Indonesia mengandalkan GEA produksi PT INKA (Industri Kereta Api). Proton dan Indonesia akan meluncurkan mobil ASEAN sebagai proyek yang baik setelah studi yang mendalam.


Daftar Pustaka :

Selasa, 21 April 2015

Krisis Ekonomi Eropa


  1. Krisis Ekonomi Eropa
Krisis utang yang melanda zona Eropa menjadi babak baru  ekonomi negara-negara Eropa menuju resesi. Krisis ini  pada perkembangannya melanda hampir seluruh negara-negara Eropa pengguna mata uang Euro. Krisis yang berawal dari kredit macet di Yunani yang kemudian berdampak luas bagi negara-negara Eropa lain. Negara-negara penyokong ekonomi Eropa seperti Jerman, Perancis dan Italia juga terkena imbas dari krisis tersebut.  Euro kemudian tertekan dan mengakibatkan penurunan angka pertumbuhan ekonomi negara-negara di zona Euro.
Sebelum krisis ekonomi ini terjadi, perjalanan sejarah Uni Eropa sebenarnya nyaris penuh dengan keberhasilan. Tahun 1995 hampir seluruh negara Eropa Barat bergabung. Tahun 1998 sistem keuangan Eropa terintegrasi dalam mata uang tunggal:  Euro. Tahun 2004 bertambah lagi 10 negara  anggota  baru. Mereka adalah negara-negara ex-komunis Eropa Timur. Ini menjadikan Uni Eropa sebagai kekuatan ekonomi besar di dunia sekaligus menjadi contoh organisasi regional terbaik  di  dunia. Wajar saja kalau keberadaannya dikagumi oleh organisasi regional manapun di dunia. Bahkan pada tahun 2012 Uni Eropa mendapatkan hadiah nobel untuk perannya menyatukan benua biru tersebut (Reuters 2012).
Namun, optimisme terhadap Uni Eropa berbalik dan membuat harapan itu goyah dengan adanya krisis ekonomi yang mulai melanda Uni Eropa pada tahun 2008. Dampaknya masih dirasakan hingga saat ini. Krisis ekonomi tersebut telah membuat Uni Eropa mulai memasuki fase-fase sulit. Badai krisis yang dialami negara-negara Eropa memiliki ‘efek domino’ terhadap negara-negara Eropa lain. Jika dilihat kembali dari tahapan-tahapan integrasi menurut Ballasa (1963) Uni Eropa telah melewati berbagai tahapan hingga terciptanya EMU dan mata uang tunggal. Hal ini menandakan bahwa Eropa berada pada proses integrasi ekonomi yang terus meningkat, bahkan dengan dikeluarkannya perjanjian  Stability Growth Pact  (SGP)1 pada 2003 dan ditanda-tanganinya  Fiscal Compact pada awal 2012, tahapan integrasi ekonomi ini sudah sepenuhnya terjadi .
Krisis di Eropa merupakan dinamika rumit antara politik dan ekonomi. Seperti yang telah kita ketahui bahwa kawasan Eropa secara global sedang mengalami krisis moneter yang disebabkan hutang Negara Yunani kemudian merebak ke Irlandia dan Portugal serta akhirnya imbasnya menimbulkan efek domino seperti yang dijelaskan diatas. Istilah efek domino diambil dari analogi sebuah permainan domino, dimana ketika satu domino jatuh kearah barisan domino selanjutnya semuanya akan jatuh terus-menerus sampai akhirnya tak satupun domino berdiri. Definisi dari analogi tersebut adalah penyebaran suatu perubahan yang dapat menjalar terus-menerus dalam reaksi berantai sampai masalah tersebut dapat dihentikan. Efek domino tersebut adalah keadaan yang terjadi pada krisis Yunani masa kini. Keparahan efek domino tersebut dapat dilihat dari Negara-negara maju yang telah dipengaruhi oleh krisis ekonomi Yunani dan potensi untuk krisis ekonomi menjalar ke hampir seluruh kawasan Uni Eropa.
Krisis Eropa yang diawali dengan kejatuhan perekonomian Negara anggota Uni Eropa yang dipicu oleh melonjaknya beban utang dan defisit Negara anggota Uni Eropa terutama Yunani. Pengeluran pemerintah yang begitu banyak serta keserakahan beberapa Negara di Eropa seperti Yunani, Portugal, Irlandia, dan Spanyol menyebabkan pemerintah kesulitan dalam membayar hutang khususnya kepada bank dan lembaga keuangan lain dan tentunya hal ini akan menjalar ke pihak lain. Kesaling-terkaitan  antara berbagai bank dan lembaga keuangan akan berdampak pada meluasnya dampak krisis keuangan ini ke banyak Negara Eropa termasuk Jerman dan Perancis. Di luar Eropa, Negara yang keuangan pemerintahnya tidak baik akan mudah terkena dampak ini, termasuk Jepang. Terutama Negara-negara yang menggantungkan pada kegiatan ekspor impor akan terkena dampak krisis ekonomi global ini.
China dan India yang sering diharapkan sebagai “Negara Penyelamat” krisis ekonomi global, karena pertumbuhan ekonomi mereka yang amat tinggi dalam sepuluh tahun terakhir pun akan terkena dalam krisis ekonomi Eropa. Pertumbuhan ekonomi China telah menurun, walau relative masih amat tinggi. Penurunan pertumbuhan ekonomi China akan berdampak pada banyak Negara di Asia termasuk Asia Tenggara.
Kondisi perekonomian Yunani yang morat marit pada akhirnya mendorong kekhawatiran pasar bahwa kondisi tersebut akan berimplikasi ke Negara lainnya di Eropa, terutama Eropa Selatan karena kelompok tersebut memiliki kondisi perekonomian yang mirip, dimana rata-rata Negara tersebut memiliki rasio hutang terhadap PDB yang besar, serta terperangkap oleh defisit anggaran yang tinggi dalam membiayai sector publiknya. Krisis utang Eropa berasal dari Yunani, yang kemudian merembet ke Irlandia dan Portugal. Ketiga Negara tersebut memiliki utang yang lebih besar dari GDP nya, dan juga sempat mengalami defisit (pengeluaran Negara lebih besar dari GDP). Krisis mulai terasa pada akhir tahun 2009, dan semakin seru dibicarakan pada pertengahan tahun 2010. Pada tanggal 2 Mei 2010, IMF akhirnya menyetujui paketbail out (pinjaman) sebesar €110 milyar untuk Yunani, €85 milyar untuk Irlandia, dan €78 milyar untuk Portugal. Kekhawatiran akan tetap terjadi meskipun berhenti sejenak, ketika efek krisis ekonomi Eropa ini cukup berdampak kepada IHSG, yang ketika itu anjlok besar-besaran dari 2,971 ke posisi 2,514.
Krisis yang menakutkan dunia itu berakar pada kegagalan Uni Eropa untuk memperbaiki perbankannya yang sebenarnya perekonomian Eropa belum sepenuhnya sembuh kembali dari krisis global tahun 2007 dan tidak pernah sepenuhnya menangani semua tantangan yang dihadapi sistem perbankan mereka. Melihat secara umum bentuk persoalan krisis yang dihadapi eropa tersebut, dapat dikelompokkan menjadi 4 dilema besar yang mengakibatkan kondisi perekonomian eropa menjadi carut-marut, yaitu  :
  1. Debitur vs kreditor
Eropa dihadapkan dengan menggemuknya utang pemerintah dan swasta yang banyak diantaranya yang tidak membayar dan menjadi ancaman ketika bertabrakan pada persoalan seberapa besar utang yang akan di-write off dan siapa yang akan bertanggung jawab atas itu. Serta jika kredit macet dihapus, artinya ada pihak yang harus menanggung rugi. Inilah alasan utama hilangnya kepercayaan pada sistem perbankan Eropa.
  1. Penghematan vs pertumbuhan
Eropa harus bisa memacu pertumbuhan ekonomi saat melakukan penghematan fiskal. Dimana setiap Negara yang dilanda krisis terus menciutkan anggaran belanja dan agar pendapatan naik, pemerintah harus rela mengorbankan rakyat dengan memungut pajak yang amat menyakitkan. Masalahnya adalah penghematan berarti membunuh pertumbuhan ekonomi seluruh Eropa. Meskipun mendapatkan sedekah pajak, pada kenyataannya pertumbuhan ekonomi lemah, sulit bagi pemerintah untuk menekan pinjaman mereka, bahkan membayar kembali utang yang ada.
  1. Disiplin vs solidaritas
Pandangan Jerman pada krisis zona euro sangat sederhana. Pemerintah Eropa Selatan yang memberikan suku bunga tinggi harus dihukum dan harus belajar disiplin. Jerman menginginkan, Eropa Selatan memasukkan aturan-aturan yang ketat dalam memutuskan besaran anggaran. Hal itu bermanfaat untuk menghentikan kecerobohan di masa depan. Namun, aturan yang disertai denda atau penalti mungkin tidak kredibel. Jerman merusak sendiri pakta stabilitas dengan melindungi mereka atas nama solidaritas euro. Tujuannya adalah menjaga euro menjadi mata uang tunggal yang stabil.
  1. Eropa vs tiap Negara
Krisis ekonomi negara sebenarnya dibangun di atas kekuatan mata uang, kondisi keuangan yang aman, dan laju ekspor yang kuat. Namun, pemilihan euro sebagai mata uang tunggal Uni Eropa tak semudah skenario awal. Eropa Selatan menyimpulkan, penyatuan tersebut menimbulkan inflasi dan mahalnya biaya hidup di sana.
Sejak awal berdirinya pada 1950-an, Uni Eropa telah berjalan dan dikendalikan oleh klub pemerintah nasional. Proses politik menjadi salah satu isu tawar-menawar di balik pintu tertutup. Isu-isu terus disuplai ke beberapa negara pemilih dengan nama kepentingan nasional. Akibat penyatuan ini, setiap kebijakan harus disetujui oleh 17 pemerintahan dan diratifikasi oleh 17 parlemen. Uni Eropa pun akhirnya dinilai lamban menuntaskan masalah keuangan karena harus melibatkan persetujuan banyak pihak.
a.       Krisis eropa merupakan bentuk krisis utang yang berasal dari Yunani, yang kemudian menjalar ke Irlandia dan Portugal serta menimbulkan efek domino ke beberapa Negara Uni eropa lainnya. Yunani jika dilihat dari kaca mata sejarah merupakan negara dengan peradaban yang sangat berkembang pesat tetapi saat ini ketika melihat Yunani maka yang didapati adalah sebuah negara dengan corruption perceptions index berada pada peringkat 71 dari 180 negara. Adanya ketidak jujuran pemerintah Yunani yang mengutak-atik nilai pertumbuhan ekonomi makro-nya pun merupakan awal jatuhnya perekonomian Yunani di mana pemerintah Yunani berusaha menutup-nutupi angka defisit negara yang disebabkan oleh banyaknya kasus penggelapan pajak, yang diperkirakan telah merugikan negara hingga US$ 20 milyar per tahun. Dan pada awal tahun 2000-an, tidak ada yang memperhatikan fakta bahwa utang Yunani sudah terlalu besar. Malah dari tahun 2000 hingga 2007, Yunani mencatat pertumbuhan ekonomi hingga 4.2% per tahun, yang merupakan angka tertinggi di zona Eropa, hasil dari membanjirnya modal asing ke negara tersebut. Keadaan berbalik ketika pasca krisis global 2008 dimana negara-negara lain mulai bangkit dari resesi, dua dari sektor ekonomi utama Yunani yaitu sektor pariwisata dan perkapalan, justru mencatat penurunan pendapatan hingga 15%. Orang-orang pun mulai sadar bahwa mungkin ada yang salah dengan perekonomian Yunani.
b.      Di Irlandia sendiri sedang terbelit imbal hasil (yield) surat utang (obligasi) yang diterbitkan oleh pemerintah. Serta keadaan anggaran Negara yang mengalami defisit hingga sebesar 32 persen terhadap produk domestik bruto tercatat sebagai defisit anggaran terbesar di kawasan Eropa. Melihat fakta tersebut, sangat wajar kalau krisis Irlandia mulai menebar kekhawatiran global. Sebab posisi keuangan Irlandia yang tidak stabil tersebut berisiko tinggi terhadap gagal bayar obligasi yang diterbitkan pemerintah.
c.       Adapun keadaan Portugal yang tidak jauh berbeda dengan keadaan Yunani yang terbelit hutang, mengakibatkan ketidakstabilan ekonomi yang berefek terhadap kehidupan politik dan sosial di Portugal. Di langsir, akibat krisis hutang tersebut 90% pekerja gabungan dari pekerja kantor pos, rumah sakit, dan pengajar, melakukan pemogokan guna menentang perluasan langkah penghematan pemerintah di dalam anggaran ketat 2012 dengan tujuan membantu negeri itu membayar utangnya.
d.      Selain Irlandia dan Portugal, kini perluasan krisis eropa telah menjalar ke Italia seiring melonjaknya tingkat imbal hasil surat utang pemerintah. Tingkat imbal hasil surat berharga tersebut melonjak hingga 7,502 persen, tertinggi sejak euro diperkenalkan pada tahun 1999. Mengakibatkan para investor terpaksa menjual surat-surat berharga Italia setelah kustodian Eropa menaikkan kolateral yang dibutuhkan untuk meminjam dengan surat utang itu. Investor pun semakin khawatir ketidakstabilan kondisi politik setelah mundurnya Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi bisa menyebabkan reformasi ekonomi tertunda.
Tidak hanya pada keempat Negara di atas, krisis ekonomi yang terjadi di eropa sekarang semakin terasa mempengaruhi negara-negara anggota uni eropa lainnya, seperti Spanyol hingga “meracuni” Prancis. Kisruh ketidakstabilan ekonomi tersebut pun semakin menghawatirkan negara-negara eropa bagian utara khusnya Jerman yang memiliki peran penting dalam mekanisme perekonomian anggota uni eropa agar lebih bekerja ekstra mengamankan euro sebagai mata uang anggota uni eropa hingga tidak terpuruk pada nilai terendah. Sehingga untuk saat ini yang ditunggu adalah bagaimana upaya uni eropa dapat mengatasi imbas krisis yang semakin menggunung.
Kondisi global menghadapi tekanan yang berat dari krisis keuangan Eropa setelah krisis keuangan Amerika Serikat pada tahun 2008. Krisis keuangan Eropa berawal dari defisit anggaran pemerintah yang semakin besar di negara-negara kawasan Eropa terutama negara-negara lapisan pertama yaitu Yunani,  Irlandia, dan Portugal. Sementara itu melebarnya defisit anggaran pemerintah dibarengi dengan rasio hutang per PDB yang menyebabkan kemampuan memperoleh pembiayaan defisit terbatas. Tidak berfungsinya kebijakan moneter dalam kawasan Euro, terbatasnya ruang gerak fiskal, serta tidak terlihatnya upaya pemulihan, mendorong perlambatan bahkan penurunan perekonomian pada beberapa negara kawasan Eropa.
Besar kemungkinan terjadinya perambatan krisis keuangan Eropa. Krisis keuangan Eropa dikhawatirkan dapat melebar tidak hanya di kawasan Eropa bahkan global.  Proses perambatan krisis keuangan Eropa diperkirakan bersumber dari sistem perbankan yang saling terkait dan kompleks didalam kawasan Eropa maupun dengan luar kawasan Eropa seperti Amerika dan Jepang. Dengan demikian, pada saat satu  Negara pada lapisan pertama (Yunani, Irlandia, Portugal) mengalami default, maka akan mempengaruhi perbankan negara lain terutama Perancis.
Kedalaman krisis keuangan Eropa yang menjadi krisis global dikhawatirkan akan memberi dampak negatif yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Hingga saat ini, perekonomian Indonesia masih terjaga meskipun mengalami sedikit gejolak pada sektor finansial. Kedalaman krisis pada jangka waktu pendek (seketika) diperkirakan mendorong aliran modal keluar besar-besaran terkait dengan ketidakpercayaan pada sistem finansial dunia. Dampak aliran modal keluar inilah yang perlu diwaspadai karena dapat menurunkan  confidence terhadap perekonomian Indonesia. Apabila Indonesia mampu meredam gejolak jangka pendek (seketika) maka  confidence perekonomian jangka menengah panjang dapat terjaga. Dalam jangka waktu yang lebih panjang (menengah panjang), krisis global diperkirakan akan memberi dampak yang besar pada sektor riil terutama perdagangan terkait perlambatan perekonomian dunia terutama pada negara-negara maju. Krisis global tidak berpengaruh besar terhadap jalur perdagangan langsung (direct trade) antara Indonesia dengan Eropa maupun dengan Amerika Serikat. Namun jalur perdagangan tidak langsung (indirect trade) Indonesia dengan Eropa dan Amerika akan terpengaruh melalui China. China yang merupakan importir terbesar barang Indonesia diperkirakan akan mengurangi impornya disebabkan permintaan negara-negara maju menurun terhadap barang China.
Dibutuhkan kebijakan pemerintah dalam menghadapi dampak krisis global. Beberapa kebijakan pemerintah yang dapat dilakukan antara lain untuk menjaga  market  confidence, mendorong sektor eksternal, memperkuat investasi dan meningkatkan penajaman APBN.  Market confidence  dilakukan antara lain dengan menjaga stabilitas moneter, nilai tukar, dan keberlanjutan fiskal sehingga menjadi daya tarik bagi investor. Sektor eksternal dapat didorong dengan meningkatkan diversifikasi pasar ekspor, meningkatkan daya saing  produk di pasar global dan domestik, menguatkan pasar dalam negeri, meningkatkan nilai tambah produk ekspor, serta meningkatkan pengawasan barang impor illegal dan konsumsi. Dari sisi APBN perlu dilakukan penajaman dan peningkatan penyerapan anggaran sehingga dapat memberi dampak optimum terhadap perekonomian. Selain itu, daya beli masyarakat perlu  dijaga dengan penguatan kebijakan Program Pro-Rakyat dan menjaga momentum pertumbuhan kelas menengah.
Kondisi perekonomian negara-negara di kawasan Eropa mendapat tekanan yang berat terutama dari sektor keuangan pemerintah yaitu berupa defisit anggaran yang relatif melebar dan beban hutang yang meningkat. Lebih lanjut, penggunaan hutang yang tidak efisien dan tidak terarah semakin memberi tekanan terhadap anggaran pemerintah. Tekanan fiscal tersebut berdampak melemahnya ketahanan ekonomi beberapa negara Eropa serta berkurangnya kesempatan kerja.
  1. Defisit fiskal per PDB negara-negarakawasan Eropa masih tinggi (Tabel I)
Defisit fiskal beberapa negara Eropa jauh melebihi 3,0 persen per PDB. Pada tahun 2010 pelebaran defisit fiskal terjadi pada negara Irlandia yang mencapai 32,4 persen PDB lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 (defisit 14,3 persen PDB). Sedangkan defisit fiskal negara Yunani dan Portugal pada tahun 2010 menurun menjadi 10,5 persen PDB dan 9,1 persen PDB dari sebelumnya sebesar 15,4 persen PDB dan 10,1 persen PDB di tahun 2009. Penurunan defisit Yunani pada tahun 2010 terkait dengan persyaratan yang diajukan Troika (European Comission, IMF, dan ECB) dalam pemberian bailout kepada Yunani. Defisit per PDB Negara Eropa lapisan kedua yaitu Italia dan Spanyol tetap tinggi meskipun menurun dari 5,4 persen dan 11,1 persen di tahun 2009 menjadi 4,6 persen dan 10,5 persen di tahun 2010. Sementara itu, Negara penopang Eropa, Jerman dan Perancis, masing-masing memiliki defisit fiscal sebesar 3,3 persen PDB dan 7,0 persen PDB.
  1. Beban hutang negara-negara Eropa meningkat seiring dengan upaya menutup defisit fiskal yang tinggi  (Tabel II).
Defisit yang lebar serta penggunaan hutang yang tidak efisien dan terarah semakin menambah beban hutang beberapa negara Eropa hingga lebih dari setengah PDB. Negara Yunani, Irlandia, dan Portugal memiliki hutang per PDB yang lebih tinggi dari tahun 2009 yaitu masing-masing sebesar 144,9 persen, 96,2 persen, dan 93,0 persen. Hutang pemerintah per PDB Negara lapisan kedua yaitu Italia dan Spanyol masing-masing mencapai 119,0 persen dan 60,1 persen lebih tinggi dibandingkan hutang negara-negara tersebut di tahun 2009 yaitu sebesar 116,1 persen dan 53,3 persen. Demikian  pula kondisi hutang negara penopang Eropa yaitu Jerman dan Perancis memiliki hutang per PDB yang relatif tinggi yaitu sebesar 83,2 persen dan 81,7 persen pada tahun 2010.

  1. Ketahanan ekonomi negara-negara kawasan Eropa mulai melemah  (Tabel III).
Kondisi pelemahan perekonomian dicerminkan pada  perlambatan pertumbuhan ekonomi serta kondisi kesempatan kerja yang berkurang. Pada triwulan III tahun 2011, perekonomian kawasan Euro (17) tumbuh melambat sebesar 1,2 persen (y-o-y) (Tabel III). Perlambatan ekonomi terjadi pada hampir seluruh negara-negara Eropa termasuk Jerman dan Perancis sebagai Negara penopang Eropa. Sedangkan penurunan perekonomian dialami oleh Yunani dan Portugal. Penurunan perekonomian yang terjadi di Yunani terutama disebabkan oleh kebijakan fiskal yang bersifat kontraktif sebagaimana ketentuan Troika yaitu melakukan pemotongan pengeluaran pemerintah dan peningkatan pajak keuntungan sehingga memberi disinsentif bagi perusahaan untuk melakukan perluasan produksi.

  1. Tingkat pengangguran di beberapa negara Eropa masih tinggi (Tabel IV).
Tingkat pengangguran di Eropa meningkat sejak awal krisis keuangan melanda Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 2008. Tingkat pengangguran mencapai dua digit terutama pada negara-negara lapisan pertama yang terkena krisis. Tingkat pengangguran di Yunani mencapai 18,3 persen pada bulan Agustus 2011 atau bertambah sebesar  10,6 persen poin sejak awal krisis tahun 2008. Sementara itu, Spanyol juga menghadapi kondisi serupa dimana pada bulan Oktober 2011 tingkat pengangguran mencapai 22,8 persen, 11,5 persen poin lebih tinggi dibandingkan tahun 2008. Angka pengangguran di Jerman yang sempat meningkat pada tahun 2009 sebagai imbas krisis keuangan pada tahun 2008 dapat diturunkan kembali hingga mencapai 5,5 persen pada bulan Oktober 2011

  1. Dampak Krisis Ekonomi Eropa dan Global Terhadap Indonesia
Mengingat perekonomian Indonesia yang semakin terbuka, maka Indonesia rentan terhadap gejolak (shock) eksternal yang membawa dampak terhadap kondisi ekonomi dan sosial di Indonesia. Krisis keuangan Eropa dan AS memiliki dampak terhadap sektor keuangan domestik, kondisi perekonomian Global serta gejolak harga yang selanjutnya memberi dampak terhadap perekonomian domestik . Pengaruh krisis Global terhadap perekonomian domestic mengalir melalui beberapa kemungkinan transmisi yaitu:
1.      transmisi moneter dan keuangan melalui perubahan suku bunga, nilai tukar mata uang, kredit, dan yield surat utang pemerintah;
2.      transmisi fiscal seperti utang luar negeri;
3.      transmisi perdagangan berupa ekspor dan impor;
4.      transmisi investasi berupa FDI dan Portfolio dan
5.      transmisi komoditas berupa perubahan harga komoditas.
Dampak krisis keuangan Eropa dan AS ke pasar keuangan dalam negeri berupa perubahan harga saham dimana pasar bereaksi terhadap berita dan kondisi eksternal dan internal. Kemudian nilai tukar juga mengalami pelemahan karena adanya aksi jangka pendek investor menarik portfolionya. Selain itu, dampak lainnya adalah kenaikan  yield surat utang pemerintah karena dipengaruhi oleh sentimen Global akibat adanya ketidakpastian di pasar Global  serta kemungkinan  adanya pengetatan kredit bila terjadi resesi ekonomi Global.
Pada akhirnya, dampaknya terhadap ekonomi domestik akan terasa pada sector riil dimana volume dan nilai ekspor dapat mengalami penurunan, investasi menurun dan pendapatan masyarakat melemah. Krisis Global juga pada gilirannya juga akan mempengaruhi inflasi domestik dimana arah dan magnitudenya tergantung pada beberapa hal seperti perubahan harga komoditas, perubahan nilai tukar dan imported inflation. Adanya kemungkinan perlambatan perekonomian dan gejolak inflasi akan berpengaruh kepada tingkat kesejahteraan masyarakat. Kondisi tersebut membawa dampak pada sisi fiskal yaitu meningkatnya kebutuhan pembiayaan pemerintah dalam menggerakkan perekonomian nasional maupun untuk mendukung langkah-langkah kebijakan pemerintah dalam upaya penurunan kemiskinan dan pengangguran.
Secara ringkas, pengaruh krisis Eropa terhadap Indonesia dapat dilihat melalui dua tahap berdasarkan kedalamannya yaitu:
a.       saat kondisi krisis belum terlalu dalam, dan
b.      saat kondisi krisis semakin dalam.
Pengaruh krisis pada saat kondisi krisis belum terlalu dalam dapat dilihat pada perkembangan perekonomian Indonesia hingga saat ini. Sedangkan, pengaruh terhadap perekonomian Indonesia pada saat krisis Eropa sudah semakin dalam terkait dengan jangka waktu.


Kesimpulan :
Krisis utang yang melanda zona Eropa menjadi babak baru  ekonomi negara-negara Eropa menuju resesi. Krisis ini  pada perkembangannya melanda hampir seluruh negara-negara Eropa pengguna mata uang Euro. Krisis yang berawal dari kredit macet di Yunani yang kemudian berdampak luas bagi negara-negara Eropa lain. Negara-negara penyokong ekonomi Eropa seperti Jerman, Perancis dan Italia juga terkena imbas dari krisis tersebut.  Euro kemudian tertekan dan mengakibatkan penurunan angka pertumbuhan ekonomi negara-negara di zona Euro.
Kedalaman krisis keuangan Eropa yang menjadi krisis global dikhawatirkan akan memberi dampak negatif yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Hingga saat ini, perekonomian Indonesia masih terjaga meskipun mengalami sedikit gejolak pada sektor finansial. Kedalaman krisis pada jangka waktu pendek (seketika) diperkirakan mendorong aliran modal keluar besar-besaran terkait dengan ketidakpercayaan pada sistem finansial dunia. Dampak aliran modal keluar inilah yang perlu diwaspadai karena dapat menurunkan  confidence terhadap perekonomian Indonesia.
Pada akhirnya, dampaknya terhadap ekonomi domestik akan terasa pada sector riil dimana volume dan nilai ekspor dapat mengalami penurunan, investasi menurun dan pendapatan masyarakat melemah. Krisis Global juga pada gilirannya juga akan mempengaruhi inflasi domestik dimana arah dan magnitudenya tergantung pada beberapa hal seperti perubahan harga komoditas, perubahan nilai tukar dan imported inflation. Adanya kemungkinan perlambatan perekonomian dan gejolak inflasi akan berpengaruh kepada tingkat kesejahteraan masyarakat. Kondisi tersebut membawa dampak pada sisi fiskal yaitu meningkatnya kebutuhan pembiayaan pemerintah dalam menggerakkan perekonomian nasional maupun untuk mendukung langkah-langkah kebijakan pemerintah dalam upaya penurunan kemiskinan dan pengangguran.

Saran :
IMF janjikan langkah penting atasi krisis Eropa
Pernyataan IMF juga meminta kepada pemerintah untuk mengambil langkah guna memperbaiki sistem perbankan. Bank yang memegang surat utang Eropa dalam jumlah besar dalam tekanan dari investor yang khawatir akan kehilangan dananya jika utang tersebut gagal bayar.
Ekonomi yang lebih maju akan menjamin bank dengan posisi modal yang kuat dan memiliki akses untuk pendanaan yang memadai. IMF, disebutkan akan membangun mekanisme untuk membantu lembaga yang bermasalah bekerja secara lintas perbatasan.

 Implikasi Kebijakan dalam Pencegahan Dampak Krisis
Meskipun Indonesia termasuk dalam cluster pertama yang tidak terpengaruh krisis dalam proporsi yang tidak signifikan, Indonesia perlu mempersiapkan diri dalam menahan dampak yang kurang baik akibat krisis Eropa terhadap pereonomian nasional dengan cara.
  • Menjaga kestabilan harga untuk mendukung kestabilan makro ekonomi secara menyeluruh harus dilengkapi dengan stabilitas sistem keuangan
  • Formulasi kebijakan moneter harus mempertimbangkan peran dan dinamika sistem  keuangan, terutama terkait dengan procyclicality dan price stability risk.
  • Beberapa indikator harga asset seperti harga saham dan harga property, perlu diperlengkapi dengan data terkini dan dimasukkan dalam perhitungan.
  • Mendorong pasar dalam negeri supaya bisa tumbuh lebih cepat
  • Introduksi regulasi untuk menghindari bubbles merupakan necessity, bahkan merupakan kewajiban.
  • Perlu melakukan review pengelolaan arus modal
  • Perlu divesifikasi usaha, ekspor, dan perbaikan infrastruktur secara menyeluruh- baik fisik maupun non fisik, termasuk kepastian hukum-.

Daftar Pustaka :