Nama : Ahmad Ferdiansyah
NPM : 20211426
Kelas : 4EB21
NPM : 20211426
Kelas : 4EB21
A. Sejarah Yugoslavia
Yugoslavia (berarti “Slavia
Selatan”) merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah
tenggara Eropa, dari tahun 1918 sampai tahun 2003. Dalam perjalanannya, negara
ini pernah berbentuk kerajaan dan republik. Negara ini beribukota di Beograd.
1918 : Setelah dibubarkannya Kekaisaran Austria-Hongaria setelah Perang
Dunia I maka “Kerajaan Bangsa Serbia, Kroasia, dan Slovenia” didirikan dengan
Peter I dari Serbia sebagai raja. Bibit untuk konflik di masa datang sudah
ditaburkan mulai saat ini. Serbia menginginkan sebuah negara kesatuan padahal
Kroasia menginginkan sebuah federasi. Pada tahun 1928, Kroasia mencoba
melepaskan diri setelah seorang anggota parlemen dari Kroasia dibunuh. Raja
Alexander, sejak 1921, berreaksi keras dengan membubarkan parlemen dan
mencanangkan diktatorialisme.
1929 : Nama negara diubah menjadi Kerajaan Yugoslavia. Raja Yugoslavia,
Alexander, dibunuh di Paris, Prancis, oleh kelompok nasionalis ekstrim
Makedonia-Kroasia.
1939 : Kroasia mendapatkan lebih banyak otonomi.
1941-1945 : Wali Raja Yugoslavia, Pangeran Paul, terpaksa menandatangani
persetujuan kerja sama dengan Poros Jerman-Italia-Jepang. Akan tetapi para
perwira Serbia yang anti-Jerman berontak dan menggulingkan pemerintahannya.
Hitler marah dan menyerang Yugoslavia. Negara Balkan tersebut jatuh dengan
cepat, terutama karena etnis-etnik non Serbia banyak yang bergabung dengan para
penyerbu.
Setelah menaklukkan negeri itu, Hitler memecah-belah negeri tersebut di
bawah pendudukan Poros dan rezim boneka lokal. Atas perintah Hitler, bekas
propinsi Kroasia, Bosnia, dan Hercegovina digabungkan ke dalam negara boneka
Kroasia sementara wilayah sebagian besar Kosovo, Montenegro Selatan dan
Makedonia Barat digabungkan ke dalam Negara Albania Raya. Penduduk Yugoslavia
kemudian bangkit melawan pasukan pendudukan dan bergabung dengan dua kekuatan
gerilya utama: kaum Chetnik yang didominasi orang Serbia pendukung raja dan
kaum Partisan pimpinan Tito yang komunis. Yugoslavia pada masa ini menjadi
medan pertempuran berdarah, di mana penduduknya bukan hanya memerangi pasukan
pendudukan Poros namun juga saling membantai antara sesama warga–suatu preseden
bagi perang antaretnis tahun 1990-an. Di Negara Kroasia Merdeka, kaum
nasionalis ekstrim Kroasia bekerja sama dengan kaum Muslim Bosnia berusaha
membersihkan negara boneka tersebut dari orang-orang Serbia, Yahudi dan Jipsi.
Antara tahun 1941-45, kaum Ustasa-Muslim telah membantai 750.000 orang Serbia,
60.000 Yahudi dan 25.000 Jipsi. Pembersihan etnis juga terjadi di Negara
Albania Raya, di mana kaum militan Albania mengusir dan membunuh puluhan ribu
orang Serbia dan orang Slavia Ortodoks lainnya, terutama di Kosovo dan
Makedonia Barat, dan menggantikannya dengan para pendatang Albania dari wilayah
Albania. Tragedi ini membuat trauma yang mendalam terhadap bangsa Serbia.
1943 : Federal Demokratik Yugoslavia diproklamasikan oleh para partizan
komunis. Negosiasi dengan pemerintahan Kerajaan Yugoslavia dalam pengasingan
terus dilakukan, sementara wilayah Kerajaan Yugoslavia masih diduki oleh
sekutu.
1944 : Para partizan komunis dipimpin oleh Tito membebaskan Beograd pada
bulan Oktober dengan bantuan tentara Uni Soviet.
1945 : Nazi Jerman menyerah, para partizan mengambil alih kekuasaan di
seluruh bagian negara. Pada tanggal 29 November, Raja Petar II dimakzulkan oleh
Majelis Konstituante Komunis Yugoslavia saat masih dalam pengasingan. Pada
tanggal 2 Desember, pemerintah komunis menyatakan keseluruhan wilayah ini
sebagai bagian Federal Demokratik Yugoslavia.
1946 : Pada tanggal 31 Januari, Federal Demokratik Yugoslavia berganti nama
menjadi Republik Rakyat Federal Yugoslavia. Negara ini terdiri dari: Serbia,
Kroasia, Slovenia, Bosnia-Herzegovina, Montenegro dan Republik Makedonia serta
dua daerah otonom yang menjadi bagian Serbia: Kosovo dan Vojvodina.
1948 : Melepaskan diri dari pengaruh Uni Soviet. Yugoslavia ingin berjalan
sendiri dalam melaksanakan paham komunisme.
1961 : Kekuatan vokal dalam pembentukan KTT Negara Non Blok.
1963 : Pada tanggal 7 April, Republik Rakyat Federal Yugoslavia berganti
nama menjadi Republik Federal Sosialis Yugoslavia dan Tito diangkat menjadi
presiden seumur hidup.
1980 : Tito meninggal, perbedaan antaretnis mulai nampak, terutama ketika
pada akhir tahun 1980an terjadi krisis ekonomi. Diskriminasi terhadap penduduk
Serbia dan non Albania lainnya di Kosovo menyebabkan ribuan orang mengungsi
dari propinsi tersebut. Hal tersebut membuka kembali luka lama orang Serbia dan
mendorong terpilihnya Slobodan Milosevic yang mengajukan program-program
nasionalis Serbia sebagai presiden Serbia: status otonom Kosovo dan Vojvodina
ditiadakan. Nasionalisme berdasarkan etnisitas menjadi marak.
1990 : April pemilu di negara-negara bagian. Di Slovenia dan Kroasia,
daerah terkaya, partai pro kemerdekaan menang. Di Serbia dan Montenegro, partai
komunis menang.
1991 : Pada tanggal 25 Juni, Slovenia dan Kroasia memproklamasikan
kemerdekaan. Tentara Federal (terutama beranggotakan orang Serbia)
mengintervensi. Akan tetapi perang di Slovenia hanya berlangsung 7 hari karena
penduduk di sana nyaris homogen sehingga tidak ada kepentingan warga Serbia
yang terancam. Dibandingkan dengan Slovenia yang memiliki penduduk homogen,
perang di Kroasia berlangsung sengit dan lama serta kejam karena ingatan
sejarah Perang Dunia II maupun besarnya komunitas Serbia di wilayah tersebut.
Ketika Republik Makedonia, negara bagian termiskin, memerdekakan diri pada
tanggal 8 September, Tentara Federal diam saja.
1992 : Penduduk Muslim dan Kroasia di Bosnia-Herzegovina memilih untuk
merdeka dan mendeklarasikan negara Bosnia-Herzegovina. Penduduk Serbia Bosnia
menolak hasil tersebut dan berusaha membentuk negara terpisah dengan bantuan
Tentara Federal, yaitu Republik Serbia Bosnia dan Herzegovina yang kemudian
menjadi Republik Srpska. Sekali lagi, perang di Bosnia-Herzegovina berlangsung
sengit dan kejam karena alasan trauma sejarah. Dari enam negara bagian hanya
Serbia dan Montenegro yang tertinggal, yang kemudian membentuk Republik Federal
Yugoslavia pada tanggal 28 April 1992.
1995 : Perjanjian Dayton mengakhiri perang di Bosnia-Herzegovina.
1999: Pecah pemberontakan orang Albania di Kosovo. Upaya memadamkan
pemberontakan tersebut oleh Serbia menyebabkan banjirnya kaum pengungsi Albania
ke wilayah tetangga. NATO tanpa mandat PBB menyerang Serbia. Milosevic menyerah
dan Kosovo diberikan di bawah pengawasan internasional. Giliran penduduk Serbia
yang dibersihkan secara etnis oleh KLA. Kelompok gerilyawan Albania ini juga
menghancurkan banyak peninggalan budaya Serbia di Kosovo sebagai jalan
menghapuskan jejak orang Serbia di sana. Tujuan utama KLA sendiri adalah
menggabungkan Kosovo dan berbagai wilayah Balkan lainnya yang dihuni orang
Albania ke dalam suatu Negara Albania Raya, seperti yang terjadi pada masa
Perang Dunia II. Pemberontakan orang Albania meluas ke Makedonia, yang
sebelumnya dengan tangan terbuka menerima pengungsi Albania dari Kosovo.
2000: Pada bulan Oktober, Milosevic mundur setelah Vojislav Kostunica
menang pemilu. Milosevic pada bulan Juni 2001 diserahkan kepada Pengadilan
Internasional untuk Bekas Yugoslavia.
2002: Pada bula Maret, pemerintah Serbia dan Montenegro sepakat untuk
membuat uni yang lebih bebas.
2003: Pada tanggal 4 Februari, Republik Federal Yugoslavia dibentuk ulang
sehingga menjadi Uni Negara Serbia dan Montenegro. Dengan ini, berakhirlah
perjalanan panjang negara Yugoslavia.
Negara-negara pecahan Yugoslavia:
1. Slovenia
2. Kroasia
3. Bosnia-Herzegovina
4. Serbia
4a. provinsi Vojvodina
4b. Kosovo
5. Montonegro
6. Macedonia
2. Kroasia
3. Bosnia-Herzegovina
4. Serbia
4a. provinsi Vojvodina
4b. Kosovo
5. Montonegro
6. Macedonia
B. Perekonomian Yugoslavia
Serangkaian babak hiperinflasi
terparah di dunia muncul di beberapa negara sepanjang sejarah. Bahkan beberapa
negara maju dengan perekonomian terbesar saat ini seperti China, Jerman, dan
Prancis juga pernah diterjang hiperinflasi parah.
Salah satu kasus hiperinflasi terparah di dunia pernah menimpa Yugoslavia.
Tak tanggung-tanggung, tingkat inflasi hariannya mencapai 65
persen.
Harga-harga barang naik dua kali lipat setiap 34 jam sekali. Jatuhnya
kepemimpinan Uni Soviet juga mengurangi peran Yugoslavia di kancah
internasional, yang sebelumnya menjadi pemain kunci geopolitik di wilayah Barat
dan Timur.
Perang Yugoslavia di Bosnia dan Herzegovina yang multi-etnis meninggalkan
jejak berupa krisis politik dan ekonomi yang berkepanjangan. Salah satu
dampaknya adalah kasus hiperinflasi terparah sepanjang sejarah.
Jatuhnya Uni Soviet menyebabkan peran internasional Yugoslavia menurun
sebagai pemain kunci yang menghubungkan kawasan Timur dan Barat. Partai Komunis
yang berkuasa di Yugoslavia juga akhirnya berada di bawah tekanan.
Kondisi ini menyebabkan pecahnya Yugoslavia menjadi beberapa negara di
sepanjang garis etnis. Selain itu, perang juga terjadi selama bertahun-tahun
melibatkan berbagai entitas politik.
Dalam proses perpecahan tersebut, perdagangan antar wilayah bekas
Yugoslavia ambruk disusul dengan penurunan drastis di sektor industri. Di saat
yang sama, embargo internasional juga menerpa ekspor Yugoslavia, yang membuat
sektor ekspornya berantakan.
Republik Federal yang baru terbentuk dari Yugoslavia, berbeda dengan
negara-negDemi mengatasi defisit anggaran di Yugoslavia, pemerintah terus
mencetak uang demi mendanai kasus inflasi yang telah mencapai 25
persen per tahun. Itu membuat pemerintah terus bergantung pada pencetakan uang
demi mendanai operasi finansial negara.
Pencetakan uang yang tak terkendali akhirnya menyebabkan hiperinflasi. Demi
mengatasi hiperinflasi yang kian parah pemerintah lantas membuat jaringan toko
dengan barang berharga murah.
Sayangnya, barang yang menjadi keperluan masyarakat sulit ditemukan di
sana. Bahkan sejumlah stasiun pengisian bahan bakar milik pemerintah ditutup
dan hanya tersedia di beberapa titik tertentu
Saking mahalnya harga bahan bakar saat itu, banyak pemilik mobil yang
memutuskan untuk menggunakan transportasi umum. Tapi 1.200 bus umum yang
biasanya beroperasi hanya tersisa 500 unit.
Bus yang ada tidak bisa memenuhi kapasitas penumpang yang tersedia. Tak
hanya kendaraan pribadi, truk pengiriman, ambulan, mobil pemadam kebakaran dan
mobil pemungut sampah juga tidak mendapatkan bahan bakar.
Pemerintah mengumumkan bensin hanya dijual ke para petani di musim tanam
dan panen. Meski pemerintah sudah memutuskan untuk berhenti mencetak uang, tapi
pihaknya masih kesulitan dana untuk membiayai operasi infrastruktur.
Banyak perusahaan tutup dan menyebabkan tingkat pengangguran meningkat 30
persen.ara lain yang memisahkan diri seperti Serbia dan Kroasia, mempertahankan
banyak dari birokrasi kembung yang ada sebelum perpecahan, berkontribusi
terhadap defisit federal. Dalam upaya untuk menguangkan ini dan defisit lain,
bank sentral kehilangan kendali atas penciptaan uang dan menyebabkan
hiperinflasi.
Republik Federal Yugoslavia yang kemudian dibentuk mempertahankan birokrasi
kembung yang sudah berantakan sebelum perpecahan terjadi. Kondisi itu memicu
defisit federal.
Dalam upaya mengurangi defisit yang terjadi, bank sentral Yugoslavia justru
hilang kendali dalam percetakan uang dan menyebabkan hiperinflasi.
Antara 1 Oktober 1993 hingga 24 Januari 1995, harga- harga naik hingga 5
quadrilion persen. Artinya, 5 dengan 15 nol di belakangnya.
Struktur sosial mulai ambruk. Para perampok mencuri di rumah sakit dan
klinik, di tempat umum manapun. Para pekerja di kereta api juga menggelar aksi
mogok dan enggan bekerja.
Para pensiun juga telantar karena tidak mendapatkan dana pensiun meski uang
berlimpah. Para pekerja mogok lantaran gaji yang diterima tidak sepadan dengan
kebutuhan hidup yang meningkat drastis.
Pemerintah tetap mengunci sebagian besar dana tunai yang dicetaknya untuk
tidak berkeliaran bebas di kalangan masyarakat. Sayangnya, hal itu justru
menyebabkan masyarakat kesulitan membeli barang.
Pasar gratis yang disediakan pemerintah juga tidak cukup membantu karena
masyarakat tetap tak bisa menemukan barang yang dibutuhkannya. Alhasil, harga
terus melambung tinggi selama hampir empat tahun.
Sumber :