Pages

Senin, 19 Desember 2011

Bank Dunia Puji Ketahanan Ekonomi Indonesia


Bank Dunia Puji Ketahanan Ekonomi Indonesia
Bank Dunia menyatakan, meski gejolak dunia terus berlanjut, ekonomi Indonesia tetap kuat dan masih berada pada posisi yang baik untuk menghadapi guncangan eksternal yang akan datang.

Namun, Bank Dunia mengingatkan pembekuan pasar finansial internasional atau penurunan yang buruk dan berlangsung lama dapat membawa dampak negatif terhadap aliran portofolio, harga-harga komoditas, dan permintaan.

"Perkiraan jangka pendek untuk ekonomi global masih berkisar pada pertumbuhan yang lebih lemah pada negara-negara berpenghasilan tinggi, moderasi pada harga-harga komoditas dan berlanjutnya gejolak pada pasar finansial," kata Lead Economics Bank Dunia di Indonesia, Shubham Chaudhuri di Hotel Nikko, Jakarta, Rabu 14 Desember 2011.

Shubham menilai, Indonesia dengan ketahanan ekonominya berada dalam posisi yang baik untuk menghadapi guncangan ini. Walaupun diakui, negara-negara dengan pasar yang sedang berkembang (emerging market), termasuk Indonesia, masih harus meningkatkan kesiagaan untuk menghadapi skenario terburuk jika terjadi pembekuan pada pasar finansial.

"Indonesia perlu meningkatkan kesiagaan untuk menghadapi skenario-skenario tersebut," ujar Shubham.

Dalam pandangan Bank Dunia, ekonomi riil Indonesia terus mencatat prestasi yang kuat pada kuartal ketiga, dengan tingkat produk domestik bruto (PDB) riil yang meningkat sebesar 6,5 persen dari tahun ke tahun selama tiga kuartal berturut-turut.
"Pertumbuhan konsumsi swasta tetap bertahan kuat seperti peningkatan ekspor riil, walaupun sedikit turun pada kuartal kedua. Sementara itu, aliran masuk modal (foreign direct investment/FDI) melambat pada kuartal lalu, tetapi masih relatif kuat dan jauh lebih besar dibanding rata-rata aliran FDI yang tercatat selama dua tahun lalu," katanya.

Pada sisi produksi bidang manufaktur, Bank Dunia juga menilai Indonesia terus mencatatkan prestasi yang kuat. Pertumbuhan PDB juga disertai oleh penciptaan pekerjaan yang pesat, dengan peningkatan pekerjaan non pertanian sebesar 5,4 persen pada tahun berjalan hingga Agustus 2011.

"Terdapat banyak alasan untuk bersikap optimistis untuk sektor manufaktur Indonesia, seperti pesatnya peningkatan pasar domestik dan rendahnya biaya buruh bila dibandingkan dengan negara-negara lain di wilayah yang sama. Hal ini telah menyebabkan peningkatan investasi yang signifikan baik dari dalam maupun luar negeri di Indonesia" kata Country Director Bank Dunia untuk Indonesia, Stefan Koeberle.

Stefan mengingatkan, Indonesia masih perlu mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan akses terhadap pendanaan, infrastruktur, dan peraturan tenaga kerja untuk mendukung pertumbuhan lebih lanjut dari sektor manufaktur dan sektor jasa yang berkaitan.

"Upaya-upaya tersebut akan membantu penciptaan lapangan pekerjaan dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi serta menyerap dua juta rakyat Indonesia yang masuk dalam angkatan kerja setiap tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar